Bahaya Krisis Supply Chain dikarenakan berhubungan dengan rantai pasokan barang dan jasa, dimana jika terjadi gangguan signifikan mampu pengaruhi ekonomi dunia.
Krisis ini umumnya bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari bencana alam, kemudian pandemi, ketegangan geopolitik, atau bahkan perubahan mendadak dalam permintaan dan penawaran.
Elemen Penting dalam Krisis Supply Chain
Rantai pasokan merupakan fenomena kompleks yang berdampak cukup besar pada perekonomian global. Dalam konteks globalisasi ketika banyak negara mulai saling bergantung dalam hal pasokan barang dan bahan baku, maka krisis rantai pasokan dapat menimbulkan efek domino yang luas. Untuk pemahaman lebih lanjut berikut ini merupakan mengenai elemen-elemen utama yang berperan dalam terjadinya krisis ini.
1. Keterlambatan Pengiriman
Elemen pertama dalam krisis supply chain tentu adalah Keterlambatan pengiriman. Gangguan ini sering kali terjadi akibat masalah transportasi, seperti kemacetan di pelabuhan, kekurangan kontainer, atau gangguan logistik lainnya.
Misalnya, selama terjadinya pandemi COVID-19, banyak pelabuhan utama di seluruh dunia mengalami penumpukan kontainer karena terbatasnya layanan tenaga kerja dan pembatasan operasional.
Hal ini menyebabkan keterlambatan pengiriman barang ke semua sektor dunia, yang pada gilirannya mempengaruhi ketersediaan produk di pasar. Ketika barang tidak tiba tepat waktu, perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, dan pada akhirnya berdampak pada pendapatan dan kepercayaan konsumen.
2. Kekurangan Bahan Baku
Elemen kedua dalam krisis supply chain tentu adalah Kekurangan bahan baku. Banyak industri sangat bergantung pada pasokan bahan baku tertentu yang mungkin hanya tersedia di wilayah tertentu.
Ketika terjadi gangguan di wilayah tersebut seperti bencana alam, konflik geopolitik, atau pandemic maka rantai pasokan global dapat terganggu secara signifikan. Contohnya adalah kekurangan semikonduktor yang terjadi beberapa tahun terakhir, sehingga mengganggu produksi di industri otomotif dan elektronik.
3. Kenaikan Akses Biaya
Elemen berikutnya dalam krisis supply chain adalah Kenaikan biaya. Ketika pasokan barang dan jasa terganggu, secara otomatis biaya untuk memperoleh atau memproduksi barang tersebut biasanya meningkat.
Hal ini bisa terjadi karena kenaikan biaya transportasi, seperti yang terlihat ketika harga bahan bakar melonjak atau ketika ada kelangkaan kontainer pengiriman. Selain itu, biaya produksi juga sangat mungkin meningkat jika perusahaan harus mencari sumber bahan baku alternatif yang lebih mahal.
Kenaikan biaya tersebut umumnya akan dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, dan jika dibiarkan akan dapat memicu inflasi.
4. Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran
Elemen terakhir dalam krisis supply chain adalah Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Ketika permintaan konsumen tiba-tiba mendadak meningkat seperti yang terjadi selama pandemi di mana permintaan untuk peralatan medis, barang elektronik, dan bahan pokok melonjak, sementara pasokan terbatas.
Dan ketidakseimbangan ini menciptakan tekanan besar pada rantai pasokan. Sebaliknya, penurunan mendadak dalam permintaan juga akan mengganggu rantai pasokan, terutama jika produsen telah mempersiapkan sebelumnya produksi untuk memenuhi permintaan yang tinggi.
Pemahaman yang mendalam mengenai semua elemen-elemen ini penting bagi perusahaan dan pemerintah untuk merumuskan strategi yang efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi dan ketersediaan barang bagi konsumen.
Pandemi COVID-19 merupakan bukti nyata dari krisis yang memicu gangguan besar dalam rantai pasokan global. Pandemi ini menyebabkan lockdown di berbagai negara, yang menghentikan operasi pabrik dan mengganggu distribusi barang.
Apalagi dalam prosesnya ada banyak perubahan pola konsumsi dengan pergeseran ke pembelian online dan peningkatan permintaan untuk produk tertentu yang memperburuk situasi.
Upaya Atasi Krisis Supply Chain
Mengatasi krisis supply chain secara umum tentu sangat memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai aspek. Pertama, diversifikasi sumber pasokan sangat penting untuk mengurangi adanya ketergantungan pada satu wilayah atau pemasok.
Dengan memiliki beberapa alternatif, maka secara tidak langsung setiap perusahaan dapat lebih fleksibel dalam berbagai kemungkinan akses gangguan.
Upaya Kedua dalam mengatasi krisis supply chain peningkatan teknologi dalam manajemen rantai pasokan, seperti penggunaan big data dan kecerdasan buatan, memungkinkan prediksi yang lebih akurat terhadap permintaan dan potensi gangguan. Teknologi ini juga membantu dalam optimalisasi inventaris dan distribusi, sehingga aliran barang dapat lebih efisien.
Upaya yang Ketiga tentu adalah kolaborasi antar pelaku industri dan pemerintah yang tidak kalah krusial. Kemitraan ini dapat memperkuat komunikasi dan koordinasi dalam mengatasi hambatan, baik di tingkat lokal maupun global.
Selain itu, adanya kebijakan pemerintah yang mendukung, seperti insentif untuk produksi lokal dan peningkatan infrastruktur logistik, dapat membantu mempercepat pemulihan rantai pasokan.
Upaya terakhir dalam mengatasinya tentu dengan investasi dalam pengembangan tenaga kerja yang kompeten dan adaptif juga diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan. Termasuk krisis yang mungkin terjadi. Kombinasi dari langkah-langkah ini dapat membantu memperkuat dan meningkatkan ketahanan terhadap krisis supply chain.